Metavisi.ID – Bagi orang yang melek teknologi, sekarang banyak sekali ladang emas yang bisa digali. Karena dunia digital bisa dibilang sudah semakin di luar nalar. Setelah bitcoin, kini muncul tren NFT atau non-fungible token yang bisa membuat barang tidak berwujud pun memiliki harga mahal.
Tren NFT tersebut mulai mencuat di kalangan masyarakat Indonesia semenjak fenomena Ghozali Everyday. Karena ia berhasil menjual fotonya di OpenSea, yang merupakan peer to peer marketplace untuk NFT.
Tercatat bahwa Ghozali sudah memiliki 933 item foto selfie yang mulanya NFT tersebut hanya diberi harga 0,001 ETH atau setara dengan nilai 45 ribu jika dirupiahkan. Namun seiring berjalannya waktu, NFT yang diberi judul Ghozali_Ghozalu #311 sudah memiliki harga yang tembus 47 miliar.
Harga yang sangat fantastis tersebut membuat banyak orang ingin mengikuti jejak Ghozali dengan cara berbisnis non-fungible token. Dan barang yang dijual pun ada macam macam, seperti gambar makanan, pakaian, dan lain sebagainya.

Bagi yang belum paham, NFT sendiri merupakan sertifikat kepemilikan digital yang sifatnya tidak bisa digandakan. Jadi ketika anda membeli karya NFT dari seseorang, maka anda tidak bisa memiliki karya tersebut seutuhnya, melainkan hanya memperoleh kepemilikan secara digital.
NFT pun sebenarnya sudah ada sejak tahun 2014. Namun belakangan popularitasnya semakin meroket, khususnya di Indonesia yang mulai menjadi tren lantaran fenomena Ghozali.
Banyak yang mengira bahwa non-fungible token tersebut sama dengan bitcoin, apalagi keduanya tengah populer sebagai ladang bisnis. Namun baik bitcoin dan NFT ini adalah dua hal yang berbeda. Karena bitcoin layaknya koin digital, sedangkan NFT adalah aset digital yang tidak mempunyai nilai tukar.
Sifat NFT yang terkesan sangat unik tersebut justru membuat banyak orang tertarik. Karena pengguna secara khusus bisa mempunyai aset tertentu yang tidak dapat dimiliki oleh orang lain.
Lantas, barang apa saja yang bisa dijual di NFT ? Hal ini banyak dipertanyakan oleh masyarakat yang melihat besarnya peluang berbisnis di NFT. Jadi, sebenarnya ada banyak sekali barang yang dapat dijual melalui NFT.
Semua barang yang mempunyai value dan history berpotensi untuk di-tokenisasi. Tidak hanya gambar dan grafis saja, bahkan potongan video atau musik pun dapat dijual. Yang terpenting adalah nilai dan sejarah dari barang tersebut. Jika tidak mempunyai story telling yang menarik, maka NFT-nya pun akan sulit terjual.
Pada kasus Ghozali, ia terlihat konsisten mengunggah foto selfie dirinya sejak tahun 2017. Itulah mengapa swafoto tersebut mempunyai value dan history yang membuatnya menarik.
Story telling yang ada di balik foto ini membuat orang orang pun tertarik untuk membelinya.
Menariknya, berbisnis di NFT bisa membawa masyarakat ke arah yang positif. Sebab mendorong generasi muda untuk berkarya dan menciptakan sesuatu hal yang unik dan memiliki nilai. Dan tidak ada risiko kerugian besar dalam menjalankan bisnis NFT ini.
Meski begitu, di Indonesia belum ada laporan yang pasti mengenai jumlah transaksi NFT. Sedangkan jika ditinjau secara global, tren transaksi penjualan NFT sepanjang tahun 2021 lalu tercatat sudah mencapai 357 triliun rupiah.
Seiring makin populernya penggunaan mata uang kripto, transaksi penjualan NFT pun diprediksi akan terus meningkat di kemudian hari. Namun perlu diingat bahwa setiap blockchain sendiri tentu mempunyai standar token NFT yang terpisah, marketplace tersendiri, dan wallet service yang kompatibel. Sehingga anda perlu mempelajari platform yang digunakan untuk berbisnis NFT terlebih dahulu. Agar bisa meraup keuntungan maksimal layaknya Ghozali. Pada kasuks Ghozali sendiri, ia menjual NFT dari swafotonya di OpenSea yang menggunakan mata uang inti ETH, DAI, dan USDC.
0 Comments