Metavisi.ID – Sejak tahun lalu, metaverse mulai gencar di bahasa dan menjadi topik paling panas di jagat internasional. Gaung dari dunia virtual tersebut bahkan terus terdengar memasuki awal tahun ini.
Sejumlah tokoh penting pun kerap kali ditemukan melontarkan pembahasan yang berkaitan dengan metaverse. Hal tersebut membuat konsep era metaverse pun membuat masyarakat semakin penasaran.
Bahkan Presiden Jokowi sempat menyinggung metaverse pada sebuah pidato pembukaan. Beliau menyebutkan bahwa melakukan aktivitas seperti berdakwah dan mengaji nantinya bisa dilakukan lewat metaverse.
Melihat dari fenomena tersebut, itu berarti besar kemungkinan bahwa Indonesia pun akan turut berpartisipasi dalam mendorong masyarakat mengenal lebih jauh mengenai konsep dunia virtual ini.
Seorang pakar teknologi dari Unair, Yutika Amelia Effendi, pun berpendapat bahwa metaverse sangat penuh potensi. Khususnya di tanah air, dunia virtual tersebut disebut sebut mempunyai potensi yang besar.
Pasalnya metaverse yang merupakan dunia virtual bisa diterapkan pada berbagai bidang, yang sifatnya tidak terbatas.
Untuk Indonesia sendiri, Yutika menambahkan bahwa yang paling menarik adalah di bidang pariwisata. Lantaran adanya dunia virtual yang dapat diakses dari mana saja, memungkinkan masyarakat untuk menikmati banyak destinasi wisata tanpa harus terhalang batasan.
Karena seperti yang sudah diketahui oleh semua orang, kita saat ini memang masih terhalang oleh masa pandemi. Dimana banyak objek wisata yang masih tutup, tidak beroperasi semestinya, atau menerapkan batasan jumlah pengunjung.
Namun dengan adanya metaverse, masyarakat dapat menikmati semua tempat wisata yang ingin dikunjungi dengan aman dan nyaman tanpa perlu terhalang berbagai faktor tersebut.
Lebih jauh lagi, metaverse bahkan disebut sebut mampu dimanfaatkan untuk mengeksplorasi bidang pendidikan. Sebab pendidikan dewasa ini pun banyak menggunakan alat VR (virtual reality) dan AR (augmented reality). Dimana VR dan AR sendiri merupakan bentuk dari teknologi pada dunia virtual atau metaverse ini.
Meski potensinya terlihat besar, namun Indonesia sendiri sepertinya belum dapat menerapkan metaverse dalam waktu dekat. Menurut para ahli, setidaknya metaverse baru dapat dijalankan di dalam negeri sekitar 3 sampai 4 tahun lagi.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi hal tersebut. Pertama, di Indonesia masih sering terjadi permasalahan privasi data yang ditandai dengan kasus bocornya data pribadi masyarakat.

Lalu alasan kedua mahalnya harga VR dan AR yang merupakan teknologi pada metaverse. Ketiga, Indonesia masih begitu terbatas dalam mengadopsi jaringan 5G. Padahal dibutuhkan infrastruktur yang lebih baik, khususnya pada jaringan internet 5G, untuk mampu mengakses metaverse tanpa terkendala.
Kendati demikian, sebenarnya pemerintah sendiri sudah mempersiapkan ibu kota negara Nusantara dalam bentuk metaverse. Rencana tersebut disampaikan melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Dan diprediksi bahwa IKN Nusantara akan selesai pada bulan April 2022 mendatang.
Bahkan Bappenas sudah bekerjasama dengan pihak yang dalam produksi tersebut. Sehingga diharapkan bisa memperoleh hasil yang memuaskan. Dimana konsep ibu kota yang akan dibangun tidak lagi hanya dalam bentuk hologram atau maket. Melainkan sudah lebih reaktif, dan masyarakat dapat melihat konsepnya lebih dekat.
Tentu hal tersebut dapat mendukung proses jalannya metaverse di Indonesia agar lebih cepat. Terlebih, sebenarnya kegiatan metaverse di dalam negeri memang sudah ada. Seperti kehidupan di dunia game yang mana para pengguna dapat melakukan transaksi di dalamnya, dengan konsep simulasi dan virtual reality. Namun kebanyakan orang Indonesia masih sebatas peserta dalam industri metaverse tersebut, belum terlibat sebagai penyedianya. Jadi dengan dirilisnya metaverse IKN Nusantara, diharapkan bahwa Indonesia selanjutnya dapat menciptakan ekosistem metaverse asli Indonesia yang langsung dibuat oleh anak muda penerus bangsa.
0 Comments