Setelah bos Facebook, Mark Zuckerberg, memutuskan untuk mengganti nama Facebook menjadi Meta. Berbagai lini kehidupan masyarakat mulai ikut merambah ke dunia virtual yang dikenal sebagai metaverse tersebut.
Bisa dibilang bahwa keputusan besar yang dilakukan Mark Zuckerberg pada bulan Oktober tahun lalu ini menjadi babak baru bagi metaverse. Karena tidak butuh waktu lama bagi metaverse kemudian booming dan menjadi tren global. Bahkan sekarang industri perbankan disebut sebut tengah melirik dunia digital.
Beberapa bank pun sudah membuka cabang di metaverse, seperti bank bank Korea Selatan. Sebut saja Hana Bank, NH Nonghyup, Industrial Bank of Korea, hingga KB Kookmin Bank. Deretan perbankan tersebut mulai masuk ke metaverse dengan tujuan meningkatkan pelayanan terhadap nasabah.
Tidak hanya bank bank Korea Selatan saja yang telah unjuk gigi di dunia metaverse. Namun sederet bank lain layaknya Bank of Kuwait, BNP Paribas, Microbank di swedia, dan Bank of America juga ikut masuk ke metaverse.
Di luar negeri sana, memang sudah banyak bank mulai masuk ke metaverse untuk meningkatkan layanannya pada nasabah. Karena teknologi metaverse dinilai mampu mempengaruhi interaksi bank dengan para nasabahnya. Bahkan bisa dibilang bahwa perbankan merupakan salah satu industri paling diuntungkan berkat adanya teknologi metaverse tersebut.
Karena pengalaman baru yang mendalam bagi nasabah bisa diciptakan melalui dunia digital ini, sehingga kepuasan pelanggan dapat diperoleh. Dimana pengalaman baru yang diciptakan lewat metaverse diyakini mampu membuat nasabah lebih bahagia bila dibandingkan harus berinteraksi langsung.
Sebuah studi pun mengungkapkan bahwa new experience dapat membuat konsumen lebih bahagia ketimbang objek fisik. Bahkan perusahaan yang lebih berorientasi kepada pengalaman dibandingkan produk atau fiturnya saja, mampu mempunyai kemungkinan untuk mendapat loyalitas pelanggan sebanyak 25% lebih banyak dan rujukan lebih besar sampai 200%.
Melalui teknologi metaverse yang menawarkan pengalaman imersif sehingga mampu mengaburkan batas antara dunia virtual dan realita, maka bank dapat menjangkau nasabah baru secara lebih luas.
Karena beberapa orang mungkin tidak bisa atau bahkan tidak mau datang ke cabang secara langsung. Namun melalui metaverse, bank tetap dapat menjangkau calon nasabah tersebut dan menjadikannya sebagai nasabah baru mereka.
Terlebih selama pandemi virus corona masih berlangsung seperti sekarang, dimana survei menunjukkan bahwa intensitas komunikasi antara bank dan nasabah cenderung mengalami penurunan.
Namun berkat adanya metaverse, intensitas komunikasi tersebut nantinya dapat ditingkatkan kembali. Bahkan lebih tinggi bila dibandingkan sebelum pandemi terjadi. Karena di metaverse, aktivitas transaksi sederhana layaknya pengiriman uang melalui teller tetap dapat diwujudkan meski nasabah tidak datang ke cabang secara langsung.
Lebih dari itu, avatar karyawan di dalam ruang VIP virtual mampu membantu klien dalam merancang atau menganalisis portofolio investasi. Oleh karena itu, para pakar menyebutkan sebaiknya bank tidak perlu lagi menunggu dalam keraguan. Karena ada banyak peluang yang dapat dimanfaatkan oleh bank di metaverse.
Jadi ke depannya yang harus dibayangkan itu bukan hanya sekadar digital banking saja, melainkan metaverse banking. Perbankan di Indonesia sebaiknya segera melihat potensi tersebut. Karena teknologi saat ini sangat cepat berubah. Terlebih selain Facebook, ada Google dan Microsoft yang termasuk perusahaan raksasa global, yang komit untuk masuk ke dalam metaverse.
Meski begitu, di sisi lain masyarakat sebaiknya bersiap diri dengan menambah skill baru untuk terus bertahan. Karena teknologi metaverse seperti ini dapat menggeser sebagian besar peran manusia. Lihat saja bagaimana beberapa kantor cabang bank mulai tutup sebagai dampak digitalisasi sekaligus efisiensi biaya. Oleh sebab itu, manusia harus siap menghadapi digitalisasi dan new economy seperti itu dengan perubahan dan pekerjaan baru.
0 Comments